Hubungan Timbal Balik Sekolah – Keluarga Bagi Individu


1.     Pergaulan dalam Keluarga
Pada umumnya, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak di mana masing-masing anggota keluarga tersebut saling mempengaruhi, saling membutuhkan, semua mengembangkan hubungan intensif antaranggota keluarga. Anak membutuhkan pakaian, makanan dan bimbingan dari orang tua dan orang tua membutuhkan rasa kebahagiaan dengan kelahiran anak. Ketika anak tumbuh dewasa maka dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk membantu orang tua, lebih-lebih bila orang tua makin tidak berdaya karena usia yang sudah lanjut.

Orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya selama anak belum dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, maka orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya. Dengan lingkungan pergaulan antara orang tua terhadap anak dan anak itu sendiri dengan anggota keluarga yang lain maka sang anak telah dihadapkan pada suatu kehidupan interaktif yang telah membekalinya kemampuan-kemampuan dasar untuk bertahan hidup baik dari segi fisik maupun nonfisiknya.

2.     Pergaulan Di Dalam Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari pendidik dan anak didik. Antara mereka telah terjadi hubungan yang berlapis-lapis, baik antara murid dengan guru, murid dengan sesama murid serta murid dengan warga sekolah lainnya.

Guru-guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai anak didik ke arah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dan anak didik. Hubungan murid dengan murid juga menunjukkan suasana yang edukatif. Sesama murid saling berkawan, berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan teman sepergaulannya.

Dalam lingkungan sekolah seorang individu dihadapkan pula pada pola orientasi kehidupan yang lebih luas. Di mana perangkat-perangkat aktivitas tersebut tidak dia temui di dalam keluarga. Secara prinsipiil melihat sekolah sebagai ruang terorganisasi yang di dalamnya terdapat peran-peran yang cukup kompleks maka seluruh siswa telah balajar mengenal orientasi kehidupan menuju pembelajaran dan persiapan untuk menyandang status orang-orang dewasa. Sekolah merupakan miniatur masyarakat yang memiliki peran-peran yang cukup rumit dan menerapkan pola-pola peraturan yang lebih ketat. Tempat di mana proses pengajaran keterampilan dan macam-macam standar pengetahuan akan diserap dan dipahami oleh siswa untuk memainkan peran kehidupannya pada jenjang kedewasaannya.

3.     Pengaruh Keluarga-Sekolah Terhadap Individu
Proses sosialisasi individu mengidentifikasi dirinya sesuai dengan perkembangan fisik dan emosinya untuk diarahkan pada hubungan keselarasan dengan lingkungan eksternalnya. Pendekatan-pendekatan yang dikembangkan oleh ahli-ahli ilmu sosial di atas sudah cukup menjelaskan bahwa hasil terbentuknya kepribadian merupakan hasil perwujudan dari dunia luar.

Seiring dengan perkembangan fisik biologisnya individu mendapat perlakuan yang sangat intensif untuk mengembangkan fungsi-fungsi fisik serta kemampuan-kemampuan mental etis yang paling mendasar dari keluarga. Melalui segala aktivitas yang tercakup dalam lingkungan keluarga selain individu menyesuaikan perkembangan fisik sesuai dengan perjalanan usianya, maka tiap fase-fase usia yang dilalui individu telah mendapat bekal-bekal mendasar untuk mengembangkannya setelah ia benar-benar merasa memiliki kepribadian secara dewasa. 

Selain dari keluarga, dalam perkembangan umur dan mentalnya individu mendapat pengaruh dari sekolah dan dari masyarakat. Wujud dari pengaruh timbal balik antara sekolah dengan keluarga dalam suatu masyarakat terhadap individu dapat digambarkan dalam ilustrasi berikut. 


 Dalam perkembangan yang lebih lanjut ketika sang individu sudah cukup memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas-aktivitas mendasar sebagai manusia. Ia lalu memasuki suatu wilayah kehidupan luar dari keluarganya. Lingkungan itu tidak lain adalah sekolah. Di dalam sekolah perkembangan kemampuan tidak terbatas pada akomodasi kemampuan-kemampuan mendasar semata. Namun di situ juga telah terbina suatu ruang sosialisasi yang lebih luas dengan memiliki perangkat-perangkat yang cukup lengkap. Peraturan, keterampilan, ilmu pengetahuan, kebudayaan masyarakat, seni dan estetika, penempaan spiritual, serta wadah kreasi-kreasi yang lebih komplek adalah aspek-aspek khusus yang dimiliki oleh sekolah dalam menjalankan proses sosialisasi kepada individu.

Kedua lembaga sosial tersebut selalu beriringan mengisi setiap waktu kehidupan individu dalam aktivitas kesehariannya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Keluarga bertugas menjalankan sosialisasi nilai-nilai dasar kemanusiaan dalam pola hubungan yang afektif. Sementara sekolah lebih menekankan pada proses pembelajaran, pengajaran serta penempaan kepada individu yang berisi tentang ilmu pengetahuan, keterampilan, serta penguasaan-penguasaan peran-peran sosial yang lebih luas di luar keluarga. Kedua peran pembentukan tersebut lalu membentuk peran individu dalam masyarakat tempat atau wilayah dimana individu itu berada, baik dalam skala mikro maupun makro.




Salam gitsali, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar