Memunculkan gagasan pendidikan remaja idealnya tetap mengacu pada kondisi remaja konteporer, sehingga solusi yang ditawarkan tidak tercerabut dari realitas yang ada. Siapa sih sebenarnya kelompok usia yang disebut dengan remaja itu? Apa dan bagaimana karakteristiknya? Bagaimana situasi yang mereka hadapi pada saat ini, baik secara psikologis maupun secara sosial.
Sulit mengukur, karena tidak ada definisi serta batasan usia yang baku untuk menentukan kelompok usia yang disebut dengan remaja. Namun secara umum, kelompok remaja biasanya dianggap sebagai kelompok usia peralihan antara anak-anak dan dewasa, yang bila dilihat dari segi umur ya antara usia 12 dan 20 tahun.
Fase usia remaja sering dianggap sebagai fase yang sangat tidak stabil dalam tahap perkembangan manusia. GS Hall menyebutkan sebagai strum und drang alias “masa topan badai”, sementara James E Gardner menyebutknya sebagai masa turbulence alias “masa penuh gejolak”. Penilaian ini tentu berangkat dari realitas psikologis dan sosial remaja.
Sebenarnya, sejauh manakah gejolak yang dialami oleh remaja pada saat ini? Remaja-remaja saat ini semakin akrab dengan persoalan seks, kekerasan, obat-obatan, dan problem psikologis. Perilaku seks remaja modern semakin bebas dan permisif.
Remaja modern memang telah menjadi suatu kelompok usia yang membedakan diri dari kelompok usia anak-anak dan dewasa. Gejolak psikologis yang mereka alami terekspresikan keluar dalam berbagai bentuk dekadensi. Mereka menjdi sulit untuk diatur dan sering tidak sepaham dengan orang tua bahkan mengarah pada bentrok dengan oranng tua. Dalam lingkungan sekolahpun, guru dan pihak sekolah juga mengalami kesulitan untuk melakukan kontrol terhadap mereka.
Para remaja ini berkumpul dengan teman sebayanya dan menciptakan apa yang disebut dengan “peer culture”. Mereka lerasa lebih dekat dengan teman-teman seusianya yang memiliki karakteristik sama dengan mereka. Mereka juga jarang untuk mau mendengar dari orang-orang dewasa yang semakin jarang berinteraksi dengan mereka dan tidak selalu memahami gejolak perasaan mereka.
Di dalam Lingkungan Masyarakat
Model peran orang tua yang sebelumnya mereka idealkan semasa kecil, sekarang mulai mereka jauhi, terutama jika orang tua bermasalah. Remaja mulai melirik model-model peran dan identitas yang ada di luar lingkungan keluarganya. Namun, seringkali mereka merasa kebingungan, karena ada begitu banyak pilihan dan peran dan nilai-nilai yang saling bertentangan antara yang satu dengan lainnya, sementara mereka tidak memperoleh bimbingan yang baik bagaimana mereka seharusnya menentukan pilihan yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Semua itu akan membawa remaja kepada kondisi yang sangat labil, rentan, dan mudah terpengaruh oleh lingkungan dimana mereka berinteraksi setiap hari.
Berdasarkan semua pemaparan dan fakta-fakta di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelabilan serta gejolak masa remaja yang berlebihan adalah realitas masyarakat modern yang merupakan dampak dari perubahan budaya.
Bersamaan dengan masuknya seseorang ke fase kedewasaan biologis , lewat pubertas, hasrat serta kebutuhan untuk menjadi dewasa secara psikologis dan sosial juga muncul. Gejolak tersebut muncul karena pemisahan serta penundaan tadi bertentangan dengan proses alamiah yang ada pada diri seseorang.
Oleh karena itu, tugas utama psikologi ialah mencari jalan agar pertumbuhan remaja bisa kembali berlangsung secara sehat berdasarkan proses alamiahnya, tanpa harus meninggalkan fase kebudayaan modern dan kembali ke kebudayaan primitif. Dengan kata lain, psikologi perlu manarik dan merevitalisasi nilai-nila- lama yang lebih alamiah, dan positif untuk memberi solusi yang terbaik bagi pertumbuhan remaja pada jaman yang semakin modrn seperti sekarang ini.
Salam gitsali, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar