Pentingnya Pendidikan Keputrian
Tatanan moral perilaku remaja saat ini tampak semakin longgar. Jika kita mengamati taman-taman kota pada Sabtu malam, para remaja tidak sungkan lagi “mengekspresikan cinta” kepada pasangannya dengan cara-cara melebihi batas kepatutan. Jika film “Buruan Cium gue” (ditarik dari peredaran) sebagai film potert remaja sekarang adalah benar, maka sudah saatnya kita ucapkan belasungkawa atas matinya moral remaja kita. Hal sama disampaikan produser film “Virgin”, yang ingin memaparkan realitas dunia gaul sekelompok remaja sekarang.
Membaca rublik sek di berbagai media, betapa minimnya pengetahuan kita tentang seks sehat dan benar. Remaja kita telah berani melakukan perbuatan yang belum waktunya, belum menjadi haknya, namun tidak tahu seberapa jauh dia akan menerima akbat-akibatnya. Sementara, kepungan media porno mengelilingi mereka.
Pendidikan Keputrian
Remaja putri adalah pihak yang paling dirugikan jika terjadi hubungan yang tidak kita inginkan, sehingga harus keluar dari sekolah, kehilangan masa remajanya karena harus mengasuh anak, memiliki suami yang belum dapat dimintai tanggung jawab, khususnya dalam pemenuhan materi kebutuhan suatu rumah tangga, belum lagi tekanan mental karena cibiran teman dan tetangga atau bahkan disingkirkan dari keluarga kaarena dianggap membawa aib.
Kurikulum sekolah kita, selama ini hanya mengejar target kemampuan koqnitif (IQ), tetapi telah mengabaikan aspek moral, akhlak dan budi pekerti. Sehingga bertolak dari pemikiran akibat-akibat yang buruk yang mungkin diderita remaja putri, sangat tepat jika di sekolah diselenggarakan Pendidikan Keputrian. Materi utama yang diberikan adalah reproduksi sehat, yaitu mengenal dengan benar dan menyeluruh seluruh fungsi organ reproduksi yang dimiliki dan menjaganya agar selalu sehat.
Remaja putri harus menyadari benar tindakan-tindakan pasangannya yang dapat dikategorikan pelecehan seksual. Hal ini seiring pula perlunya pendidikan berwawasan gender. Mereka harus belajar berkata “Tidak”, sekiranya pasangan mereka menghendaki perbuatan-perbuatan yang akan merugikan dirinya. Pendidikan seks pada remaja memang selalu menimbulkan pro dan kontra. Yang kontra mengatakan, jika pendidikan seks menginformasikan pula cara-cara penggunaan alat kontrasepsi, maka akan mendorong remaja lebih berani melakukan hubungan yang tidak diinginkan. Bagi yang pro, pendidikan seks diperlukan agar remaja mengetahui bahaya-bahaya hubungan pra nikah, penyakit menular yang mungkin ditimbulkan pasangan serta menjadi bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya. Oleh karena itu, pendidikan keputrian akan sangat ideal jika disampaikan oleh suatu team terpadu yang terdiri dari tenaga medis, psikolog (atau guru pembimbing sekolah) serta agamawan (atau guru agama).
Memang didalam pelajaran biologi, ada materi reproduksi manusia, sayangnya hanya diberikan kepada siswa yang mengambil jurusan ilmu alam, itupun diberikan secara klasial, sehingga pendidikannya sebatas pemahaman pengetahuan. Sulit mengembangkan suatu diskusi yang lebih mendalam mengingat siswa putra dan putri belajar bersama dalam satu ruangan.
Sudah saatnya, sekolah menjadi tempat bagi siswanya untuk membangun kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan untuk mengendalikan diri, memiliki semangat dan ketekunan, ketahanan menatal, serta kemampuan memotivikasi diri sendiri. Ini mengingat, bahwa faktor keberhasilan seseorang hanya 20% karena kecerdasan intelektual (IQ), sementara 80% dibangun dari kecrdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Dengan Managemen berbasis sekolah, dimana sekolah dapat memilih sendiri penunjang pendidikan yang diberikan, maka akan sangat tepat jika pendidikan keputrian ini dipikirkan sebagai alternatif.
Sumber: MOP edisi 288 tahun 2006 (ani taruastuti)
Salam gitsali, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar